Filopaludina javanica or Idiopoma javanica[1] is a species of large freshwater snail with a gill and an operculum, an aquatic gastropod mollusk in the family Viviparidae.
There are recognized two subspecies:[1]
This species is found in Thailand,[5] Cambodia, Vietnam, Laos, Peninsular Malaysia and Indonesia (Sumatra and Java).[1]
The height of the shell is 30–35 mm.[6]
This species inhabits ponds, rice fields and irrigation channels.[1]
Parasites of Filopaludina javanica include Echinostoma echinatum[7][8] (see also Beaver et al. 1984).[9]
Filopaludina javanica is prepared by boiling and it used often as part of the cuisine of Java.[10]
Filopaludina javanica or Idiopoma javanica is a species of large freshwater snail with a gill and an operculum, an aquatic gastropod mollusk in the family Viviparidae.
Tutut jawa[4] (Filopaludina javanica) adalah sejenis siput air tawar anggota suku Viviparidae. Siput atau keong yang biasa ditemukan di sawah atau sungai ini acap dikonsumsi sebagai sumber protein[5] yang murah dan mudah didapat, terutama di perdesaan di Jawa. Nama-nama lainnya, di antaranya, tutut (Sd.); kraca (Jw.), dan lain-lain.
Siput air tawar dengan tinggi cangkang sekitar 40 mm dan garis tengah 15-25 mm. Kerucutnya membulat, agak tipis; kuning kehijauan, hijau kecokelatan, atau cokelat kemerahan; bergaris-garis tumbuh halus; kadang-kadang dihiasi 3-5 garis lingkar cokelat kehitaman. Puncaknya agak runcing tetapi rompang. Tepi cangkangnya menyiku tumpul pada hewan yang muda. Jumlah seluknya 6-7, agak cembung, dengan seluk akhir yang berukuran besar. Umbilikus (pusar) sempit, kadang-kadang dibatasi oleh lunas. Mulut cangkang miring, membundar, dengan tepi bersambung dan kadang dibatasi dengan warna hitam. Dasar cangkang membulat. Operkulum (tutup cangkang) agak bundar telur, tipis, agak cekung, cokelat kehitaman, bergaris-garis konsentrik dengan inti yang terletak agak ke tepi.[4]
Siput ini menyebar luas sejak dari Thailand, Kamboja, Malaysia, Filipina dan Indonesia[2][4], termasuk pula di Papua[6].
Tutut jawa sering ditemukan menempel pada batu-batuan atau bersembunyi di dasar berlumpur perairan tawar seperti danau, rawa, kolam, sungai, persawahan, dan saluran-saluran irigasi. Keong ini hidup sampai ketinggian 1.400 m dpl.[4]
Tutut jawa kerap dikumpulkan orang untuk dimakan atau dijual[4], baik dalam keadaan segar atau dimasak. Namun demikian, keong sawah ini tercatat sebagai salah satu inang antara bagi cacing parasit Echinostoma, yang menyebabkan penyakit radang usus[4]. Memasak atau merebusnya dengan baik dan dalam waktu yang cukup lama dapat membunuh larva-larva cacing Echinostoma yang berada dalam daging tutut[5].
Tutut yang hidup di tempat tercemar, dagingnya pun dapat turut tercemar; di antaranya oleh kandungan logam berat yang terlarut dalam air.[7]
Taksonomi spesies ini belum mantap[2][8]. Sebelumnya dimasukkan ke dalam marga Bellamya Jousseaume (1886), keong ini kemudian dipindahkan ke dalam Siamopaludina Brandt (1968), dan akhirnya Filopaludina Habe (1964)[8]. Sementara, pakar yang lain memasukkannya sebagai anggota marga Idiopoma Pilsbry (1901).
Tutut jawa (Filopaludina javanica) adalah sejenis siput air tawar anggota suku Viviparidae. Siput atau keong yang biasa ditemukan di sawah atau sungai ini acap dikonsumsi sebagai sumber protein yang murah dan mudah didapat, terutama di perdesaan di Jawa. Nama-nama lainnya, di antaranya, tutut (Sd.); kraca (Jw.), dan lain-lain.