Betet-kelapa buru (Tanygnathus Gramineus) merupakan salah satu jenis burung bengkok dari keluarga Psittaculidae dan Genus Tanygnathus. Burung ini termasuk salah satu jenis burung endemik Indonesia dengan ciri khas yang hampir dikujur tubuhnya di dominasi dengan warna hijau. Burung ini salah satu ke jenis burung langka indonesia atau sebagian noktural. Ini pertama kali dilaporkan dalam literatur ilmiah oleh ahli burung Belanda Hendrik Cornelis Siebers (1890-1949) pada tahun 1930
Memiliki panjang tubuh sekitar 40-42 cm[2] dengan bulu pada umumnya berwarna hijau, termasuk tunggir dan bahu; kekang hitam. Sedangkan perbedaan kelaimin betet kelapa buru jantan dan betina adalah: Jantan paruh merah dan Betina paruh putih keabu-abuan. Bandingkan dengan remaja Betet-kelapa paruh-besar (tunggir biru; paruh lebih besar).[3]
Endemik di Pulau Buru, Maluku selatan. Menurut catatan, bahwa populasi burung ini terus menurun dan ditemukannya jenis yang kurang dikenal pada pencarian baru-baru ini meskipun jenis tersebut masih meragukan.
Hidup di hutan pegunungan dan perbukitan. Hanya sedikit informasi yang diketahui. Biasanya terlihat sendiri. Lebih sering terdengar dari pada terlihat. Aktif sepajang hari dan sebagian besar (mungkin hampir secara eksklusif) aktif pada pada malam hari, namun hal ini belum tentu dapat dibenarkan karena tidak memiliki penjelasan yang terdokumentasi. Mungkin berpindah-pindah secara lokal.
Makanan utama dari burung betet buru ini diantaranya yaitu seperti buah-buahan, biji-bijian, dan juga bunga. Pada umumnya mereka akan mencari makan dalam sebuah kelompok yang berisi sampai dengan10 ekor. Selain itu mereka juga sering berpindah-pindah tempat untuk mengikuti ketersediaan buah-buahan yang ada di wilayah hutan pegunungan.[3]
Musim kawin dari burung betet buru terjadi antara bulan Desember sampai dengan Februari. Dalam sekali musim kawin mereka bisa menghasilkan telur sampai dengan 5 butir. Lain halnya dengan jenis betet lainnya, sebagian besar termasuk jenis nokturnal (yang mana aktif di malam hari). Hilangnya habita atau tempat tinggal jenis burung ini merupakan ancaman utama bagi kehidupan jenis burung Betet kelapa Buru ini. Sebab sbagian besar hutan dataran rendah pesisir sekarang ini sudah ditebang. Selain itu untuk hutan di bagian selatan Buru juga sudah berkurang sebab ditebang pilih, atau telah rusak akibat kegiatan perladangan yang berpindah. Dan saat ini hanya ada beberapa blok-blok hutan dataran rendah primer saja yang masihtersisa. Sebagian besar hutan pegunungan di Burjuga masih bisa dikatakan relatif aman, meskipun tidak ada yang dilindungi.[4]
Betet-kelapa buru (Tanygnathus Gramineus) merupakan salah satu jenis burung bengkok dari keluarga Psittaculidae dan Genus Tanygnathus. Burung ini termasuk salah satu jenis burung endemik Indonesia dengan ciri khas yang hampir dikujur tubuhnya di dominasi dengan warna hijau. Burung ini salah satu ke jenis burung langka indonesia atau sebagian noktural. Ini pertama kali dilaporkan dalam literatur ilmiah oleh ahli burung Belanda Hendrik Cornelis Siebers (1890-1949) pada tahun 1930